Jumat, 21 September 2012
What I Thought about sholat…
It is not about I try to become so religious if I talk about religion and the way we pray to God (and I’m not trying to become ustadzah indeed). Do what we do everyday is the reflection of our identity as Muslims? Well, Let what I talk later try to answer it.
Sebagai anak yang membawa identitas muslim sejak lahir, saya tentunya diberikan ilmu agama yang cukup oleh kedua orangtua saya. Saya diajari mengaji, sholat, rukun iman, rukun islam dan berbagai hal yang selayaknya perlu seorang anak ketahui mengenai agamanya. Dulu waktu saya kecil,saya sholat dan mengaji, hanya karena pengetahuan dangkal saya bahwasanya orang yang rajin beribadah akan masuk surga dan yang berbuat sebaliknya akan masuk neraka. That simple and…. shallow of course.
Saat di bangku kuliah lah saya mulai merasa bahwa solat adalah fasilitator saya untuk berbicara dengan Tuhan. Solat jadi medium saya untuk berharap, mengadu, bertanya, marah, menangis,dan berterima kasih. Dan tahukah kamu, Tuhan menyimak semua pembicaraan yang saya lakukan denganNya. Dia mendengar keluh kesah saya, memeluk saat saya sedih, menepuk bahu saat saya berbuat salah, dan menjawab doa-doa saya (in a way I don’t expect sometimes). So…it becomes a personal connection between me and God.
Dalam pandangan saya, seseorang yang menjalankan solat secara sungguh-sungguh berarti dia sudah punya ilmu ikhlas yang luar biasa. Maksudnya gini : solat itu makan waktu paling banyak 5 menit, tapi, untuk yang tidak mengikhlaskan 5 x 5 menitnya dalam sehari untuk solat pasti akan merasa itu menjadi 25 menit terpanjang dalam sehari. Susah sekali membasuh wajah untuk berwudhu, berat sekali menjejakkan langkah kaki menuju sajadah.malas sekali membuka mulut untuk mengucap takbir. Orang-orang yang dengan ikhlas membuang sifat sombongnya untuk menundukkan kepala, dan bersujud kepada Tuhan itulah orang-orang hebat yang saya sendiripun belum bisa mencapai ke tingkatan seperti itu.
Apakah kita perlu diingatkan untuk solat? Tentu saja. Semua orang butuh diingatkan, diberitahu, dibimbing, dipacu semangatnya untuk menuju ke arah yang lebih baik. But in my opinion (and once again, just my opinion, correct me if I’m wrong) solat itu seputar kesadaran. Kesadaran bahwa kita butuh Tuhan. Bukan Tuhan yang butuh umatNya untuk beribadah. Kalau kita solat saja butuh diingatkan oleh orang lain, berarti kita sebenarnya tidak terlalu ingat-ingat juga sama Tuhan. kita hanya ingat bahwa seseorang mengingatkan kita untuk ingat Tuhan. hehe…bingung ya? Uhm…the point is : kesadaran seorang umat untuk beribadah kepada penciptaNya, hanya bisa dipicu oleh kesadaran dari individu itu sendiri untuk berbicara dengan Tuhan, untuk bersyukur dengan segala apa yang sudah Tuhan beri pada dirinya.Jika untuk ingat dan bersyukur kepada penciptaNya saja dia butuh diingatkan lantas jika si reminder ini tidak ada, apa dia akan ingat lagi?
Izinkan saya mengutip salah satu ayat yang paling saya sukai, diambil dari Q.S Surat Ar-Rahman :
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(Renungkan dan resapi satu kalimat dahysat itu ya folks!! See ya)
Langganan:
Postingan (Atom)